Keluarga Dayak ialah warga negara asli Pulau Kalimantan yang terdiri atas beraneka macam budaya dan subsuku. Istilah Dayak pertama kali diperlukan oleh satu orang ilmuwan Belanda bernama August Kaderland pada 1895. Arti kata Dayak bulat tah tinggal menjadi bahan perbahasan semua ahli.

Ada yang menyebut artinya yakni Pengikut, Kampung, hingga orang yang tinggal di hulu Susukan. Sementara seputar yang lain mengklaim istilah Dayak menunjuk pada kekhususan personal yang dipercaya oleh orang-orang Kalimantan, merupakan Jegang, gagah, berani, dan ulet.

 

Terbebas dari alterasi itu, rakyat asli Kalimantan utuh biasanya tidak menekuni istilah Dayak.
Orang-orang di luar jangkauan merekalah yang menyebutnya jika Marga Dayak. Lantas, bagaimana asal-usul Kelompok Dayak di Kalimantan?

NENEK moyang Keluarga Dayak

Semua ahli berpendapat bahwa Dayak yaitu salah satu group marga asli paling besar dan tertua yang mendiami Pulau Kalimantan.
Ajakan ini didasarkan pada teori migrasi Rakyat, di mana buyut moyang orang Dayak diperkirakan bermula dari beberapa gelombang migrasi. Gelombang pertama terdiri dari ras Australoid, yang seterusnya disusul oleh ras Mongoloid.

Gelombang migrasi ini terus berlanjut, hingga mengadakan Bangsa Dayak memiliki begitu banyak bahasa dan idiosinkrasi budaya.

Keluarga Dayak memiliki 268 sub-suku yang dibagi ke dalam enam rumpun, merupakan Rumpun Punan, Rumpun Klemantan, Rumpun Apokayan, Rumpun Iban, Rumpun Murut, dan Rumpun Ot Danum. Keluarga Dayak Punan yakni bangsa yang paling tua mendiami Pulau Kalimantan. Lagi pula rumpun yang lain yakni desain asimilasi dengan kelompok Melayu.

Terpecahnya Kelompok Dayak Bangsa Dayak berpunca dari seluruh Kalimantan, baik yang masuk dalam wilayah Indonesia, maupun yang masuk ke wilayah Malaysia dan Brunei.
Di wilayah selatan Kalimantan, Marga Dayak tamat melatih satu buah kerajaan.

Dalam kebiasaan lisan Dayak di lingkungan itu sering dinamakan Nansarunai Usak Jawa, ialah Kerajaan Nansarunai dari Dayak Maanyan yang dihancurkan Majapahit.
Sejarah itu mendatangkan Bangsa Dayak Maanyan terpepet dan terpencar, sebahagian masuk kampung ke wilayah Dayak Lawangan. Arus besar berikutnya tercipta pada saat pengaruh Islam, tepatnya Sultanat Demak, bersama masuknya pedagang Melayu.

Selesei itu, separuh besar Bangsa Dayak di wilayah selatan dan timur Kalimantan mulai memeluk Islam dan tidak meneken dia jika orang Dayak. Orang Dayak yang tidak masuk Islam kembali menelusuri Batang air, masuk ke Udik, dan bermukim di Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Amas, dan Watang Balangan. Sebaliknya para yang lain yang lagi menutupi aturan budayanya terus terapit masuk ke hutan rimba.

Ngayau atau head hunting merupakan rutinitas etnis Dayak di masa lampau untuk mencari kepala musuh kalau tanda bukti Ketegaran. Sebagian orang asing dan antropolog barat terpukau mengeksploitasi sisi-sisi eksotik warga Borneo Terselip, salah satu di antaranya ialah praktik ngayau.

Pembingkaian ngayau oleh petandang dan antropolog barat, berakibat pada pelukisan yang hingga kini lagi melekat pada etnis Dayak. Citra Dayak semisal keluarga suku pengayau kembali Tampak, disaat tercipta konflik etnis di Kalimantan, sebaliknya selaku de facto praktik ngayau rampung lama ditinggalkan.

Labeling etnis Dayak selaku headhunter pecah sejamaknya ditanggalkan sebab praktik ngayau disepakati untuk dihentikan pada tahun 1894 dalam perbincangan besar Dayak se-Borneo di Takluk Anoi, Kalimantan Tengah, yang difasilitasi sang presiden kolonial.

Kiat hermeneutika dapat membongkar mitos dengan mencari hakikat dari suatu naskah atau Keabsahan kebenaran, dengan mengacu pada sejarah dan adat pada waktu naskah itu ditulis. Usaha rasional mewarisi true conditions (sensus plenior) yang ditawarkan hermeneutika, real tertera pandangan komunikasi. Artikel ini berjuang mencari hakikat makna dari skrip yang ditulis separo pendatang dan antropolog kaku dari abad 18 hingga masa Kebebasan.

Semua pencatat menakar mengonstruksi & menyimpai naskah mereka dengan mengacu pada sejarah dan kebiasaan pada masa itu.Ternyata, di tukas teks-tertulis tersedia validitas yang tidak ditulis atau dinafikan dan inilah bintik awal dari bias yang dilakukan pencatat dan fasilitas yang menyebarkannya.

Abstrak

Bacaan ini menceritakan tentang ritual keluarga Dayak yang dilakukan sebelum, Selagi, dan tamat perang. Keluarga Dayak adalah salah satu bangsa di Indonesia yang sangat konservatif buat etika budayanya.

Ritual terselip tetap lestari hingga adanya pesan Tewas Anoi pada tahun 1894. Ritual termuat cangga dilakukan karena keluarga Dayak berjuang menghindari perang dengan keluarga Dayak yang lain karena Dayak memiliki 405 keluarga atau keluarga lain. Sebelum kontrak Menyerah Anoi, bangsa Dayak aktif menghadirkan ritual karena ada perang antar klan atau berontak penjajah.

Sesudah wasiat Bertekuk lutut Anoi, orang Dayak aneh tercemplung perang hanya mereka merasa tarif diri atau tradisinya dihina. Saat ini, ritual yang terdiri dari Seremoni, Gaya tari, dan pengayauan atau Kayau melainkan dilakukan taruh kata penyambutan tamu melainkan elemen pengayauan.

 

joker123
sbobet
PG Slot